SEKILAS penampilannya seperti ‘pendekar’ yang baru turun dari gunung. Berpakaian serba hitam dan mengenakan ikat kepala, inilah kebiasaan yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta, H Dedi Mulyadi SH dalam ‘memerangi’ kebodohan dan kemiskinan melalui program Gempungan.
Bagi masyarakat luas, mungkin belum mengerti apa itu Gempungan. Kata Gempungan berasal dari bahasa Sunda yang artinya musyawarah masyarakat desa. Itu sebabnya, Bupati Purwakarta H Dedi Mulyadi SH selalu mengenakan ‘Seragam’ tradisional Sunda setiap berkunjung ke desa-desa dalam upaya memasyarakatkan Gempungan.
Ada pepatah yang senantiasa disampaikan oleh sang ‘Pendekar’ ini, yaitu “Gempungan Diburuan Urang Lembur”. Kalimat ini merupakan salah satu andalan bupati dalam melaksanakan program Gempungan.
Program Gempungan ini merupakan salah satu kiat bupati dalam memajukan Kabupaten Purwakarta dalam segala bidang. Sebab, Purwakarta yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini terletak ±80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini juga berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya.
Dengan luas wilayah 971,72 km² atau sekira 2,81% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon. Itu sebabnya daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2005 lalu saja, jumlah penduduk Purwakarta tercatat sebanyak 782.362 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,42% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 391.061 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 391.301 jiwa.
Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. “Wibawa” berarti berwibawa atau penuh kehormatan, “Karta” berarti ramai atau hidup, dan “Raharja’ berarti keadaan sejahtera atau makmur. Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.
Berangkat dari motto itulah Bupati Dedi Mulyadi menggalakan program Gempungan yang merupakan salah satu implementasi dari program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta yang tertuang dalam “Salapan Langkah Ngawangun Nagri Raharja”. Atau Sembilan Langka menuju menuju Digjaya Purwakarta.
Secara umum kegiatan Gempungan adalah memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat jemput bola, dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan administrasi kependudukan seperti pembuatan KTP, KK, Akte Kelahiran, Buku Nikah.
Kebutuhan masyarakat lainnya yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan, donor darah, pelayanan KB, khitanan masal. Tapi ada nilai tambah dari program Gempungan ini, yaitu aparat pemerintah daerah mendapat masukan dari tokoh agama, masyarakat serta warga secara keseluruhan.
Dengan adanya masukan tersebut, pemerintah daerah dapat merasakan apa yang dibutuhkan masyarakat dan sekaligus mentahui persoalan-persoalan yang terjadi di level yang paling bawah, yaitu desa.
Untuk melaksanakan kegiatan Gempungan ini, Bupati Dedi Mulyadi wajib mengunjungi desa seminggu sekali. Padahal jumlah desa di 17 Kecamatan berjumlah 192 desa dan kelurahan. Sudah dapat dibayangkan betapa letihnya sang ‘pendekar’ itu memperagakan jurus-jurus mautnya dalam membangun Purwakarta kedepan.
Melibatkan OPD
Bupati Dedi Mulyadi memang tidak sendirian. Dia melibat seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari berbagai instansi Pemerintah Kabupaten. Ini dilakukan oleh bupati, agar seluruh jajarannya juga mengetahui betul apa yang dibutuhkan rakyat, termasuk masalah yang terjadi di tiap-tiap desa.
Ada yang unik dalam melaksanakan kegiatan Gempungan ini. Sebelum kegiatan utama dilakukan, lebih dahulu diawali dengan melakukan apel pagi di Kantor Kecamatan Purwakarta pada setiap hari Senin atau Rabu. Apel ini dipimpin langsung oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Setelah itu, baru kegiatan Gempungan itu dilaksanakan di kantor-kantor desa, kelurahan atau tempat yang ditunjuk oleh tuan rumah yang dikunjungi bupati. Di tempat itulah kegiatan pelayanan masyarakat dilakukanan. Semua pelayanan tersebut tidak dikenakan biaya.
Usai melaksanakan pelayanan masyarakat, sore harinya dilaksanakan kegiatan sosial lainnya, yaitu pembagian sembako kepada warga masyarakat yang kurang mampu. Kemudian malam harinya dilanjutkan dengan “ngahajatan urang lembur”. Kegiatan ini lebih kepada acara ramah tamah serta hiburan untuk masyarakat.
Program Gempungan yang digelindingkan Bupati Purwakarta H Dedi Mulyadi SH telah berjalan tujuh bulan. Beliau dianggap sebagai sosok yang memiliki kepedulian yang tinggi dalam memajukan Purwakarta ke depan.
Dia tak hanya dikenal sebagai seorang pemimpin muda usia berkarakter, cerdas, visioner dan teguh pada komitmen, tapi dia juga masih tergolong muda untuk sebuah jabatan yang cukup tinggi, Bupati Kabupaten Purwakarta (2008-2013). Bupati termuda, kelahiran Subang 12 April 1971, ini punya visi membangun Purwakarta menuju digjaya berbasis kearifan lokal.
Sebelum menjadi bupati, ia menjabat Wakil Bupati Purwakarta mendampingi Drs. Lily Hambali Hasan, M.Si. Dia tercatat sebagai wakil bupati termuda (32 tahun). Ketua DPD Partai Golkar dan mantan anggota DPRD Purwakarta ini punya prinsip, “berpikir cerdas dan bekerja keras.”
Selama lima tahun menjabat Wakil Bupati, ia banyak mengunjungi berbagai pelosok Purwakarta serta mendalami tata kelola pemerintahan daerahnya. Pengalaman selama lima tahun itu telah menginspirasinya menetapkan visi pembangunan Purwakarta Berkarakter, sehingga lahirlah program Gempungan yang kini menjadi ‘jurus maut’ sang ‘pendekar’ dalam memerangi kebodohan dan kemiskinan.
Meskipun program Gempungan ini sudah dapat dirasakan oleh masyarakat, namun masih saja ada pihak yang mengkritisi kegiatan itu. Tapi terlepas dari itu, anggota Komisi I DPRD Purwakarta, Hidayat S.Thi kepada SR mengatakan bahwa Gempungan tidak saja menjadi media sosialisasi, tapi juga implementasi bagi OPD.
“Kami sering ikuti perjalan Gempungan ke desa dan kelurahan sebagai tujuan program itu dilaksanakan, nyatanya antusia masyarakat sangat terasa, karena mampu memberikan dampak yang positif kepada mereka,”katanya.Laela/Syaiful Jabrig